Dalam rangkaian Hari Gizi Nasional, Danone menggelar Festival Isi Piringku untuk anak usia 4 – 6 tahun. Kegiatan spesial ini, berencana menyosialisasikan dan mengedukasi penduduk tentang bimbingan gizi sebanding.
Saya pernah mengalami ketika anak di rentang usia 4 – 6 tahun, perlu perjuangan lebih supaya mau makan. Kalau tidak cukup bekal ilmu, mampu jadi kita orangtua menyerah dengan anak. Misalnya anak senengnya mengonsumsi masakan instan, atau asupan bercita rasa gurih, tidak suka buah dan sayur.
“Ya, gimana, kalau nggak gitu anak nggak mau makan” ujar ibu tetangga.
Sebenarnya saya tidak oke pernyataan ini, namun apa daya tidak bisa berbuat lebih. Anak yang era itu masih PAUD, sering disuguhi mie cepat saji. Oke, jikalau sesekali tidak problem. Tetapi jikalau keseringan, usang-lama berurusan dengan gizi.
Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia, dalam sambutannya di webinar memberikan, bahwa Danone ingin berperan serta dalam membangun generasi sehat, lewat sosialisasi dan edukasi gizi seimbang. Kegiatan ini tidak bisa cuma sekali, tetapi harus berkelanjutan terlebih di periode pandemi.
Sementara itu berdasarkan DR Dhian Dipo MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, bahwa membangun generasi sehat melalui edukasi gizi sebanding semenjak dini sungguh penting. Guna demi mencegah stunting, dan diharapkan kolaborasi lintas sektor.
Meskipun secara data memperlihatkan pravelensi stunting 2019 turun menjadi 6,6 juta anak, tetapi secara diktatorial jumlah ini masih cukup besar. Mengingat anak –anak bisa diumpamakan investasi sumber daya manusia, menjadi penerus tongkat estafet kala depan bangsa.
Apabila tidak diamati gizi dan daya tahan tubuh dari kini, akan rawan terkena abses dan penyakit kronis. Kemudian memiliki dampak pada meningkat kembang secara kognitif.
Selaras dengan bahan dari narsum Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Daone Indonesia, tahun 2030 Indonesia mengalami bonus demografi. Perlu dipersiapkan dari sekarang, agar generasi usia produktif ada tahun tersebut memliki daya saing. Caranya yaitu sedini mungkin memperhatikan asupan dengan gizi seimbang, mengacu pada isi piringku.
Pencegahan stunting menjadi perhatian penting, dimulai dari 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) artinya ketika ibu mulai pertama hamil. Faktanya, menurut survey 1- 4 ibu hamil perika kehamilan kurang dari 4 kali dalan satu bulan. Dan 1 -3 dari 10 bayi tidak menerima ASI langsung.
Kalau hal ini dibiarkan berkesinambungan, sangat mungkin anak tidak menerima asupan gizi sepadan. Padahal zat gizi yaitu sumber utama tumbuh sehat.
-------
Tak dipungkiri, Pandemi berpengaruh dahsyat pada menurunnya pemasukan. Tetapi seyogyanya tidak menyurutkan upaya pemenuhan gizi. Banyak asupan gizi sepadan, mampu didapat dengan gampang dan murah. Dalam sekali makan, ada sayur, buah, masakan pokok dan lauk pauk.
Anak perlu dibiasakan makan tiga kali, menghalangi kuliner selingan/snacking, anak diajak beraktivitas fisik dan banyak minum air putih.
Nara sumber, Ir. Haris iskandar, Phd , Widya Prada Ahli Utama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, membenarkan bahwa tantangan masa pandemi ini, menjadi tantangan bareng baik anak latih, orangtua dan guru.
Pandemi menjadikan learning loss. Data dari Bank Dunia pada 4 bulan awal pandemi menurunkan visa hingga 21 point. Berimplikasi pada kompetensi atau daya saing, kemudian berefek pada income dikala nanti melakukan pekerjaan .
Kemendikbud bekerjasama dengan UNICEF disponsori New Zeland, mengimplementasikan PAUD Holistik Integratif (HI) di kabupaten Kupang. Kegiatan yang dikerjakan adalah ; kunjungan dari Posyandu untuk mengawasi status gizi anak. Membuat kebun PAUD hasil flora untuk kuliner yang disiapkan kelompok guru dan orangtua (PTA) , dan pertemuan bulanan PTA dengan topik gizi.
Upaya dijalankan secara terintegrasi, guna merealisasikan kebutuhan esensial usia dini adalah gizi, kesehatan, pendidikan dan perlindungan. Danone bekerjasama FEMA IPB (Institut Pertanian Bogor), mengkreasikan desain Isi Piringku semoga gampang dikenali anak usia 4- 6 tahun. Selain melalui modul utuk guru PAUD, juga dibuatkan lagu Isi Piringku. Kali pertama mendengar lagu ini, berdasarkan aku sangat easy leasening dan mudah dihapal liriknya.
Prof. Dr. Ir. Sri Ana Maliyati, Msi, Ketua Departemen Kesehatan Masyarakat FEMA IPB dan ketua penyusuan modul Isi Piringku anak usia 4-6 tahun, memberikan bahwa stunting akan menimbulkan kualitas SDM rendah kemudian menyebabkan kerugian ekonomi.
Dalam jangka pendek, terjadi ganguan kemajuan fisik dan otak, terusik metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang memiliki potensi menurunnya perkembangan kognitif, menurunnya imunitas, dan berisiko mengalami penyakit tidak menular di masa mendatang.
“modul Isi Piringku untuk guru PAUD guna mempermudah penyampaian isi pringku,” ujar Prof Sri Ana.
Pernyataan ini diaminkan Lisnawati, S. Pd, Guru Pos PAUD Cerdas, modul isi piringku anak usia 4-6 th mudah dipahami dan terperinci sangat membantu pengajar. Selain buku, guru PAUD menggunakan media kuliner pribadi. Misalnya ditawarkan buah dan sayur dalam bentuk aslinya, juga diadakan kegiatan makan bareng seminggu sekali dengan sajian sesuai isi piringku.
Saya ingat sebuah pernyataan, “perlu orang sekampung untuk membesarkan seorang anak”. Artinya dalam membentuk seorang anak , butuh kerja sama banyak pihak.
Semoga memiliki kegunaan Sumber https://thek-os.blogspot.com/